May 2, 2012

Bakter Aeromonas


 Bakteri Aeromonas


Pada tahun 1970an mulailah perkembangan pesat dalam akuakultur ditandai dengan penerapan usaha dengan skala luas, teknolog tinggi berkembangnya industri pakan serta produksi spesies-spesies eksotis. Sebagai dampaknya maka persoalan lingkungan mulai muncul, pembukaan lahan untuk usaha akuakultur telah mengabaikan pengelolanaan lingkungan yang berkesinambungan. Pembabatan hutan mangrove marak dan hampir tidak terkontrol. Permasalahn tidak berhenti sampai disini, berkembangnya akuakultur telah mendesak lingkungan alami bagi ikan dan hewan-hewan liar perairan sehingga mengancam biodipersitas. Permasalahan ini juga berdampak pada proses akuakultur. Misalnya pembabatan hutan mangrove yang menurunkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan itu sendiri. Ini dikarenakan tidak adanya lagi saringan bagi air yang masuk dari hulu sehingga membawa faktor-faktor yang dapat menyebabakan penyakit.
Penyakit  merupakan permasalahan yang sangat besar dalam usaha akuakultur dan merupakan penyebab kerugian utama karena hilangnya biaya investasi akibat matinya komoditi budidaya, biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan, serta pengurangan produksi selama masa pemulihan. Bahkan pada beberapa kasus yang berat kadang kala memerlukan penghentian pengoperasian usaha dan produksi selama masa waktu tertentu.
Penyakit adalah keabnormalan pada ikan yang disebabkan oleh  interaksi yang tidak seimbang  antara ikan yang lemah, lingkungan yang memburuk dan pathogen yang ganas. Dalam hal faktor lingkungan yaitu stress, dapat disebabkan oleh faktor fisik (misalnya perubahan temperatur yang drastis), kimiawi (misalnya pencemaran), dan biologis (misalnya hadirnya parasit). Penyeban terjadinya stress terhadap lingkungan dapat berupa faktor kimiawi, fisik dan biologis. Faktor kimiawi antara lain polutan yang msuk ke badan air yang merupakan sumber pengairan pada kolam-kolam akuakultur. Polutan sendiri dapat berupa senyawa-senyawa kimia dari industri, lahan pertanian dan rumah tangga yang terdiri dari beragam jenis seperti : pestisida, pupuk anorganik, deterjen, tumpahan minyak dan logam berat. Adapun stress fisik dapat berupa kenaikan temperatur air akibat buangan dari air pendingin mesin-mesin industri dan kekeruhan air akibat aliran lumpur dari lahan pertanian. Adapun faktor biologis terjadi antara lain dengan terjadinya ledakan populasi algae, toksin algae dan parasit.


Agensia penyebab penyakit biasanya berupa mikroorganisme. Mikroorganisme adalah mahluk hidup sederhana yang berukuran mikroskopik dan hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Mikroorganisme penyebab penyakit pada akuakultur dapat dikelompokkan sebagai parasit, fungi, virus, dan bakteri. Bakteri dianggap sebagai agensia penyakit yang terpenting dalam akuakultur. Beragam bakteri diketahui berkaitan dengan penyakit-penyakit pada ikan, seperti vibriosp, yersinia ruckeriedwardsiella sp, mycobacterium sp, lactobacillus sp, streptococcus sp, danAeromonas salmonicida.
Aeromonas salmonicida merupakan bakteri gram negatif, Bakteri gram-negatif adalahbakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram.   A.Salmonicida berbentuk batang pendek ( 1,3-2,0 x 0,8-1,3 µm ), non motil atau tidak bergerak, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, resisten terhadap 0/129, pertumbuhan optimum pada suhu 22C, G+C ratio 57-63%, memproduksi brown pigmen yang diffusible (untuk strain typical). Koloni bakteri ini berwarna putih, kecil, bulat, dan cembung. Strain typical dapat menghasilkan pigmen coklat yang akan lebih kelihatan apabila medium ditambah dengan tyrosine atau phenylalanine.  Pada media dengan kandungan asam amino tinggi pigmen coklat akan jelas kelihatan pada umur kultur 48 jam.  Secara biokimia bakteri ini mempunyai sifat-sifat : oksidase positif dan memfermentasi glukosa.
Bakteri A. Salmonicida memiliki banyak subspecies yang masing-masing memberikan sifat dan pathogenitas yang berbeda. Selain membagi secara taksonomi, A. Salmonicida juga dibagi menjadi 2 jenis yaitu typical dan atypical. Strain typical mempunyai inang dominan ikan-ikan salmonid dan menyebabkan penyakit furunculosis dengan gejala klinis yang khas sedang strain atypical mempunyai karakteristik memiliki banyak variasi dari sifat fisiologi, biokimia dan serelogi serta ketahanan terhadap antibiotik.
Aeromonas salmonicida merupakan penyebab  penyakit furunculosis.  Bakteri ini terutama menyerang ikan salmon dan menimbulkan kerugian yang sangat besar, sistemiknya ditunjukkan oleh cirri-ciri seperti :
1.      Bentuk sangat akut (per-acute) pada ikan seukuran jari (finger-lings); ikan menjadi berwarna lebih gelap (melanosis) dan mengalami kematian dengan cepat anda-tanda yang teramati sebelumnya.
2.      Betuk akut;tanda-tanda yang tampak sebelumnya yaitu anoreksia yang berlangsung 2-3 hari sebelum kematian.
3.      Sub-akut; bentuk ini merupakan bentuk yang paling lambat dimulai dengan tanda-tanda klinik berupa haemoragik petekhial (petechial haemorrhages, pendarahan akibat pecahnya pembuluh kapiler) pada kulit dan sekitar sirip. Ikan akan menampakkan perubahan warna dan anoreksia, selanjutnyamengalami kematian 4-6 hari sejak tanda-tanda klinis awal muncul.
4.      Kronik; bentuk ini teramati pada ikan-ikan yang mampu bertahan hidup pada serangan sub-akut dan ditunjukkan dengan sembuhnya borok dan luka.

      Aeromonas salmonicida tidak hanya menyerang ikan salmonid, akan tetapi bakteri ini juga dapat menyerang ikan air tawar seperti mas koki, koi, karper dan lele. Bakteri ini mengefeksi bagian luar dari tubuh ikan, seperti kulit dan insang ikan. Namun, selain di permukaan tubuh ikan, A.salmonicida juga menyerang saluran pencernaan ikan. Penyakit akibat bakteri ini sangat mudah menular pada ikan lain yang berada disekitar ikan yang terkena penyakit. Penularan penyakit dapat dibagi menjadi 2, yaitu penularan secara vertical dan horizontal. Penularan vertical adalah penularan penyakit dari induk ke progeninya, sedang penularan horizontal adalah penularan penyakit ke ikan lain melalui kontak langsung, vector, peralatan yang terkontaminasi, atau lingkungan.
Penyakit ikan yang disebabkan oleh A. salmonicida ini dapat ditularkan melalui air yang terkontaminasi. Maksudnya, jika air yang sudah terkontaminasi dengan bakteri A. salmonicida tetap digunakan untuk mengairi kolam akuakultur maka ikan-ikan yang sehat akan terkontaminasi dengan bakteri tersebut. Jika ikan dan factor lingkungan yang lain dalam keadaan baik, maka bakteri atau pathogen tidak dapat menyebabkan penyakit pada ikan. Tetapi jika factor lingkungan tidak mendukung, apalagi ditambah dengan keadaan ikan yang lemah maka pathogen atau bakteri tadi akan dengan leluasa menyerang ikan.
Selain itu, penularan ini juga dapat diakibatkan oleh ikan karier, yaitu ikan yang memang sudah membawa pathogen. Jika ikan ini bergabung dengan  ikan  yang sehat, melakukan interaksi, dan bersenggolan, maka kemungkinan besar ikan yang sehat akan terkontaminasi pathogen sehingga akan ikut sakit. Apalagi ikan mengalami luka pada kulitnya. Luka ini merupakan sumber utama terjadinya penularan penyakit pada ikan, karena ikan yang terluka pasti memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah dari ikan sehat sehingga penyakit dapat dengan mudah menyerangnya. Ikan karier juga dapat menularkan penyakit ini melalui kotoran atau fecesnya. Kotoran yang dikeluarkan ikan karier mengandung bakteri pathogen yang akan mencemari air dan akhirnya mengkontaminasi ikan yang sehat.
Peralatan yang digunakan untuk proses akuakultur juga dapat menjadi perantara pembawa penyakit. Apabila alat-alat yang kita gunakan tidak dicuci dan disterilkan terlebih dahulu, maka kemungkinan besar alat-alat tersebut sudah terkontaminasi oleh bakteri pathogen. Bila kita tetap menggunakannya pada proses produksi, ini akan memperbesar kemungkinan timbulnya penyakit akibat bakteri yang ada pada alat-alat tersebut.
Ikan-ikan yang telah terkontaminasi bakteri ini dapat ditandai dengan melihat ciri-ciri sebagai berikut :
·         Lesi terjadi secara subkutan dengan pembengkakan sehingga menyebabkan ulcerative dermatitis (furunculosis).
·         Pembengkakan biasanya menjadi luka terbuka berisi nanah, darah, dan jaringan yang rusak di tengah luka tersebut terbentuk cekungan (bentuknya seperti kaldera).
·         Pada serangan akuttanda-tanda yang menyeluruh mungkin tidak tampak.
·         Hemorhagi pada dasar sirip dan dan sirip dorsal geripis.
·         Mata menonjol (eksopthalmia).
·         Warna tubuh menjadi lebih gelap.

Setelah melihat ciri-ciri tersebut,sebaiknya ikan yang memiliki ciri itu segara diangkat dan diberi penanganan atau dimusnahkan bila telah pada keadaan yang parah. Ini dilakukan agar ikan-ikan yang lain tidak terkontaminasi dan ikut sakit. Namun itu adalah cara penanganan bila ikan telah terkontaminasi bakteri dan sakit. Selain itu,  ada cara untuk pengendalian penyakit sebelum penyakit itu menyerang ikan. Caranya adalah sebagai berikut :
1.      Pelaksanaan budidaya yang baik
2.      Penggunaan hewan yang secara genetis resisten terhadap penyakit
3.      Kecukupan pakan, jika perlu digunakan pula pakan tambahan
4.      Penggunaan vaksin
5.      Penggunaan imunostimulan non-spesifik
6.      Penggunaan senyawa-senyawa antimikroba
7.      Penanganan air
8.      Mengisolasi hewan yang terinfeksi
9.      Penggunaan probiotik atau control biologis

Jika cara pengendalian penyakit ini telah dilakukan dengan baik, maka kemungkinan ikan akan terkontaminasi dengan bakteri yang menyebabkan penyakit dapat ditekan. Namun dari cara-cara di atas, aspek yang paling penting adalah kecukupan pakan dan penanganan air. Jika kualitas air sudah baik dan pakan cukup, maka ikan akan sehat dan dapat resisten terhadap penyakit.

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Penyakit ikan merupakan permasalahan yang sangat besar dalam usaha akuakultur dan dapat membawa kerugian yang sangat besar. Penyakit adalah keabnormalan pada ikan yang disebabkan oleh  interaksi yang tidak seimbang antara ikan yang lemah, lingkungan yang memburuk dan pathogen yang ganas  Aeromonas salmonicida adalah salah satu bakteri pathogen yang banyak menyerang ikan dan penularannya sangat cepat melalui air atau lingkungan, peralatan, dan kontak langsung dengan ikan yang sakit. Pencegahan dapat dilakukan sebelum ikan terserang penyakit yaitu dengan melakukan jalan-jalan pencegahan dan bila ikan telah sakit, dapat dilakukan penanganan ikan sakit agar tidak menularkan penyakit pada ikan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Septiama dkk. 2008. Metode Standar Pemeriksaan HPIK Golongan Bakteri Aeromonas Salmonicida. Pusat Karantina Ikan departemen Kelautan dan Perikanan.  Jakarta

Irianto, Agus. 2003. Probiotik akuakultur. Gadjah Mada University Press. Purwokerto.

Kordi K, ghufron H.  2004.  Penanggulanagn Hama dan Penyakit Ikan.  Rineka Cipta dan Bina Adiaksara. Jakarta.

No comments:

Post a Comment