April 30, 2012

Standar padat tebar


Standar padat tebar

Kepadatan tebar untuk lele pada kolam bisa menggunakan 100-170 ekor/m2 (untuk pemula)



contoh perhitungan :
ukuran kolam 2 x 1 = 2
jadi kepadatan tebar 2 x 100 ekor = 200 ekor
jadi untuk kolam ukuran 2 x 1 = 200 ekor
dan perhitungan untuk ukuran lain dapat mengikuti contoh diatas
Read more »

Pemeliharaan larva - panen


pemeliharaan larva - panen

Pemeliharaan Larva

Telur lele sangkuriang akan menetas sekitar (30 – 36) jam setelah pembuahan pada suhu (23 – 24)oC. Pemeliharaan larva pasca penetasan telur dilakukan pada hapa penetasan telur yang dialiri air dan dilengkapi dengan aerasi yang tidak terlalu kencang agar larva tidak teraduk. Pemeliharaan larva dalam happa dilakukan selama (4-5) hari tanpa diberi pakan, karena larva pada saat itu masih memanfaatkan kuning telur yang ada dalam tubuh larva itu sendiri.

Memasuki hari ke-5 dan seterusnya kuning telur dalam tubuh larva telah habis, larva selanjutnya dipindahkan ke dalam bak fiber untuk dipelihara lebih lanjut. Pemeliharan larva dalam bak fiber dilakukan sejak ikan memasuki umur 5 hari hingga 21 hari. Larva dipelihara dalam bak fiber berukuran 4 m x 2 m x 0,8 m dan diisi air sebanyak 1/2 dari tinggi bak dengan padat tebar 15.625 ekor/ m3. Jadi jumlah penebaran larva dalam bak fiber sebanyak 100.000 ekor. 

Selama dalam pemeliharaan di dalam fiber, larva umur 5 hari diberi pakan cacing sutra (tubifex sp). Sebelum diberikan, cacing sutra tersebut dicincang terlebih dahulu. Hal itu dilakukan karena ukuran bukaan mulut ikan yang masih kecil. Pemberian cacing sutra cincang diberikan hingga larva berumur 12 hari. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 50 gr setiap kali pemberian pakan pada pagi dan sore hari. Setelah ikan berumur lebih dari 12 hari selanjutnya larva ikan diberi pakan cacing sutra utuh dengan jumlah pakan sebanyak 75 gr setiap kali pemberian pakan pada pagi dan sore hari. Pemberian pakan, selama masa pemeliharaan larva lele sangkuriang diberikan pakan alami dan pakan tambahan. Menurut Mujiman (2000), Pemberian pakan alami disesuaikan dengan ukuran benih. Biasanya efektivitas pertumbuhan benih yang memakan plankton alami berkisar (2–3) minggu sejak ditebar ke kolam. Pakan tambahan diberikan dengan dosis 3% – 5% dari bobot populasi ikan dan diberikan dua sampai tiga kali sehari, pemberiannya dimulai sejak hari kedua setelah benih ditebar.

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup larva, maka lingkungan yang baik harus tetap terjaga. Menurut Lukito (2002), dalam kegiatan pengontrolan kualitas air meliputi pergantian air dengan pengaturan volume air dan penyiponan. Pengelolaan kualitas air selama PKL, dilakukan dengan melakukan penyifonan bak pemeliharaan larva setiap pagi hari sebelum pemberian pakan dan penggantian air sebanyak 50%. Penyifonan dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa pakan dan kotoran yang terdapat di dasar bak pemeliharaan larva. Sedangkan untuk menambah oksigen terlarut dalam bak pemeliharaan larva, air dalam bak pemeliharaan diberikan aerasi secara terus menerus.

Selama pemeliharaan larva dalam bak fiber tidak memperlihatkan gejala-gejala bahwa ikan terserang hama penyakit. Jika dilihat dari gerakannya yang normal dan nafsu makan yang relatif tinggi menandakan kondisi ikan sehat dan normal. Meskipun kondisi ikan dalam kondisi yang baik, selama dalam pemeliharaan, larva ikan lele sangkuriang tetap diberikan perawatan sebagai upaya pengendalian hama penyakit untuk pencegahan. Menurut Lukito (2004), kegiatan pengendalian hama penyakit meliputi pencegahan dan pengobatan. Tindakan pencegahan yang dilakukan selama PKL yaitu dengan memberikan garam sebanyak 3 kg dalam 3,2 m3 air (1 ppt).

Panen Benih Lele

Larva yang telah berumur 21 hari warna tubuhnya tampak kehitaman dan sudah menyebar dipermukaan air, hal ini menandakan bahwa larva siap dipanen untuk langsung dijual atau ditebar ke kolam pendederan yang sudah disiapkan sebelumnya. Pemanenan larva didahului dengan menutup saluran pemasukan air dan membuka outlet. Kemudian pada pipa outlet dipasang seser halus untuk menampung benih. Menurut Prihartono dkk (2000), larva lele sangkuriang umur satu minggu telah siap untuk dipanen. Selama kegiatan pemanenan perlu adanya perlakuan tertentu karena lele sangkuriang merupakan jenis ikan yang tidak bersisik, tetapi tubuhnya berlendir. Oleh karena tidak bersisik maka tubuhnya sangat mudah mengalami lecet dan luka. Lecet atau luka pada lele sangkuriang dapat disebabkan oleh penggunaan peralatan yang sembarangan, cara panen yang kurang baik dan waktu panen yang kurang tepat. 

Hasil sampling bahwa larva lele sangkuriang umur 21 hari kepadatan per mili liternya yaitu 150 ekor atau 15.000 ekor per 100 ml, sedangkan larva yang dipanen sebanyak 5 gelas. Sehingga total larva yang dipanen sebanyak 75.000 ekor (SR 75%). Larva diangkat atau dipindahkan dengan menggunakan beker glass berukuran 100 ml ke dalam baskom penampungan atau langsung dipacking ke dalam kantong plastik berukuran 40 cm x 60 cm dua rangkap dan telah diisi air sebanyak (4 – 6) liter, kemudian diberi oksigen sebanyak 2/3 dan diikat dengan menggunakan karet gelang. Kepadatan larva per kantong tergantung jarak pengangkutan atau permintaan dari pembeli. Tapi biasanya berkisar antara (15.000 – 30.000) ekor larva dalam setiap kantong. Setelah packing, benih siap dikirim ke tempat yang dituju.
Read more »

Pemijahan buatan(Induced Breeding)


Pemijahan buatan(Induced Breeding)

Umur induk betina lele sangkuriang siap dipijahkan berumur > 1 tahun, massa (0,7 – 1) kg dengan panjang standar (25 – 30) cm, sedangkan induk jantan antara lain yaitu berumur > 1 tahun, massa (0,5 – 0,75) kg, dengan panjang standar (30 – 35) cm. Induk betina yang sudah matang gonad, secara fisik ditandai dengan perut yang membesar dan lembek, tonjolan alat kelamin membulat dengan warna merah keungu-unguan dan tampak membesar, bila dilihat secara kasat mata warna telur terlihat hijau tua bening atau coklat kehijau-hijauan, tulang kepala agak meruncing, gerakannya lamban. Sedangkan induk jantan ditandai dengan warna tubuh yang lebih mencolok dari betina yaitu terlihat kemerah-merahan pada bagian sirip punggung (dorsal), dengan bentuk genital yang meruncing dan memanjang melebihi ujung sirip anal yang letaknya berdekatan dengan anus, tulang kepala lebih mendatar (pipih) dibanding induk betina, perut tetap ramping dan gerakannya yang lincah. Jika diurut secara perlahan pada bagian kelaminnya, akan mengeluarkan cairan putih susu yang kental, cairan itulah yang dinamakan sperma. 

lele sangkuriang mulai dapat dijadikan induk pada umur (8 – 9) bulan dengan massa minimal 500 gram. Telur akan menetas dalam tempo 24 jam setelah memijah dengan kemampuan memijah sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Menurut Prihartono, dkk (2000), tanda-tanda induk jantan yang telah siap memijah diantaranya alat kelamin tampak jelas (meruncing), perutnya tampak ramping, jika perut diurut akan keluar spermanya, tulang kepala agak mendatar dibanding dengan betinanya, jika warna dasar badannya hitam (gelap), warna itu menjadi lebih gelap lagi dari biasanya. Sedangkan untuk induk betina alat kelaminnya bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak membesar, tulang kepala agak cembung, gerakannya lamban, warna badannya lebih cerah dari biasanya.

pemijahan secara buatan (Induced Breeding). Pemijahan buatan menggunakan induk jantan dan betina dengan perbandingan 1 : 3 (1 induk jantan, 3 induk betina). Pemijahan buatan dilakukan dengan penyuntikan hormon perangsang (ovaprim) yang bertujuan untuk mempercepat proses ovulasi pada induk betina. Dosis hormon ovaprim yang digunakan adalah 0,2 ml/kg induk ikan yang diencerkan dengan menambahkan larutan Sodium Chloride 0,9% untuk seluruh jumlah induk ikan. Metode pemijahan dengan cara induce breeding. bila menggunakan ovaprim dosisnya 0,3 ml/kg induk; streeping, induk jantan dan induk betina pada pemijahan ini harus dipisahkan. Setelah (10-12) jam dari penyuntikan, induk betina siap di-streeping.

Berdasarkan hasil penimbangan induk selama praktek, diperoleh data massa induk betina sebesar 13 kg yang berasal dari 12 ekor jumlah induk dengan massa telur sebesar 1 kg. Setelah data massa induk diperoleh, maka diketahui jumlah hormon ovaprim yang dibutuhkan yaitu sebanyak 2,6 ml. Untuk campuran homon ovaprim dan sodium chloride diperlukan dosis sebanyak 0,5 ml/ekor, maka jumlah campuran yang dapat diperoleh adalah 6 ml. Dari perhitungan sebelumnya, maka diketahui jumlah sodium chloride yang digunakan adalah 3,4 ml. Waktu antara penyuntikan dengan ovulasi yaitu (10 – 12) jam tergantung suhu inkubasi induk (suhu selama praktek + 230C). Penyuntikan dilakukan pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB sehingga proses pengeluaran telur (streeping) dapat dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB hal ini bertujuan agar hasil streeping yang dihasilkan dapat maksimal, karena suhu air pada pagi hari relatif stabil sehingga tingkat stress yang ditimbulkan pada induk relatif kecil dan untuk mempermudah mengamati ovulasi. Penyuntikan dilakukan 1 kali secara intramuskular, yaitu penyuntikan pada bagian otot punggung induk lele sangkuriang.

Streeping dan Pembuahan 


Pada selang waktu (10–12) jam setelah penyuntikan dilakukan pemeriksaan terhadap induk betina dan dinyatakan ovulasi. Setelah itu, segera dilakukan penyediaan cairan sperma. Penyediaan cairan sperma dilakukan dengan pengambilan kantong sperma dengan jalan pembenahan. Induk jantan dibedah dengan menggunakan gunting dari arah genital ke arah kepala, kemudian kantong sperma diambil dan dibersihkan dengan menggunakan kertas tissu. Sperma dikeluarkan dengan cara menggunting kantong sperma pada bagian sisinya, lalu diperas dan diencerkan dengan menggunakan larutan Sodium Chloride 0,9%. Perbandingan yang digunakan yaitu 250 ml Sodium Chloride 0,9% untuk sperma yang berasal dari 1 ekor induk jantan. 

Setelah larutan sperma siap, dilakukan pengeluaran telur dengan cara pengurutan. Pada bagian kepala dipegang dengan menggunakan kain lap agar tidak licin, kemudian bagian perut diurut dari dada ke arah genital secara perlahan-lahan (Streeping). Telur yang keluar ditampung dalam wadah plastik yang bersih dan kering. Fekunditas telur yang dihasilkan induk lele sangkuriang setelah dilakukan sampling adalah 138 butir dalam 0,22 gram. Setelah dikonfersikan diketahui jumlah telur sebanyak 627.273 butir/kg telur atau sekitar 52.273 butir/ekor induk.

Sperma yang telah tersedia dicampurkan dengan telur dan diaduk menggunakan bulu ayam. Setelah teraduk merata tuangkan air secukupnya kemudian digoyang-goyangkan lagi secara perlahan. Pemberian air diperlukan untuk mengaktifkan sperma karena saat dalam larutan fisiologis sperma belum aktif, membuka mikrofil pada telur ikan, dan untuk membersihkan telur dari sisa-sisa sperma yang tidak aktif/mati. 

ovulasi adalah puncak dari kematangan gonad, dimana telur yang telah masak harus dikeluarkan dengan cara dipijit pada bagian perut (streeping). Induk jantan diambil spermanya melalui pembedahan. Pencampuran telur dan sperma dilakukan dengan menggunakan bulu ayam sampai sperma dan telur tercampur merata. Untuk meningkatkan pembuahan, maka telur dan sperma dapat ditambahkan dengan garam dapur sebanyak 4000 ppm sambil diaduk dan ditambahkan air sedikit demi sedikit. Setelah tercampur kemudian dilakukan pembersihan dengan penggantian air sebanyak (2-3) kali. Telur yang dibuahi akan mengalami pengembangan dengan ukuran telur yang terlihat lebih besar dan berwarna hijau tua, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih.

Penetasan Telur

Penetasan telur dilakukan pada hapa berukuran (2x1x0,2) m3 yang dipasang pada bak persegi panjang berukuran (4x2x0,8) m3 yang sebelumnya telah diisi air setinggi 50 cm. Kemudian hapa diberi pemberat berupa besi behel ukuran 5 mm, berbentuk persegi panjang seperti dasar hapa. Hapa penetasan dialiri air secara terus menerus dengan debit air 40 ml/detik, selain itu juga bak penetasan diberi aerasi sebagai penyuplai oksigen.

Sebelum telur ditebar, terlebih dahulu dilakukan pencucian telur dari sisa sperma, dan diambil beberapa butir telur untuk dijadikan sample penghitungan telur yang tidak dibuahi, telur yang dibuahi tapi rusak, serta daya tetas telur (HR) sebanyak 723 butir dalam wadah sampling yang terpisah. Telur ditebar secara merata di dalam 4 hapa dengan padat tebar sekitar 156.818 butir/hapa dan menetas sekitar (30–36) jam setelah pembuahan pada suhu (23–24)oC. 

Selama masa inkubasi, kondisi telur terus diamati. Pengamatan dilakukan untuk melihat telur yang tidak dibuahi, telur yang dibuahi tapi rusak, dan daya tetas telur (HR). Untuk mengetahui kondisi telur yang tidak dibuahi dapat diketahui pada jam ke-8 setelah penebaran telur, kondisi itu dapat diketahui dengan melihat warna telur yang berubah menjadi putih. Sedang untuk mengetahui kondisi telur yang dibuahi tapi kemudian rusak/gagal dapat diketahui setelah telur menetas. 

penetasan telur dilakukan di dalam bak berukuran (2x1x0,3) m3 dan ketinggian air sekitar (30 – 40) cm. Biasanya telur – telur akan menetas selama (1 – 2) hari setelah pemijahan pada suhu (25-30)0C. Kondisi air yang hangat akan semakin meningkatkan daya tetas telur (>90%). Dari hasil pengamatan sample selama PKL sebanyak 723 butir diketahui telur yang tidak tidak dibuahi sebanyak 6 butir (0,83%), telur yang dibuahi tapi rusak sebanyak 11 butir (1,52%), dan telur yang berhasil menetas sebanyak 706 butir (97,65%). Total keseluruhan telur yang menetas adalah sebanyak 612.532 butir. Dari hasil sample yang ada menunjukkan bahwa, walaupun pada suhu di bawah 250C (23-24)0C jika ditunjang dengan kualitas induk dan telur yang baik maka HR yang dihasilkan dapat maksimal.
Read more »

Persiapan indukan


Persiapan indukan

PERSIAPAN INDUKAN

Ciri-ciri induk lele jantan
a. Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina
b. Warna kulit dada agak tua bila dibandingkan dengan induk lele betina
c. Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol memanjang ke arah belakang, terletak dibelakang anus, dan warna kemerahan.
d. Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng (depress)
e. Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibandingkan dengan induk ikan lele betina
f. Bila bagian perut di-striping secara manual dari perut kearah ekor, akan mengeluarkan cairan putih kental ( spermatozoa-mani)
g. Kulit lebih halus dibandingkan dengan indukan ikan lele betina


Ciri-ciri induk lele betina
a. Kepalanya lebih besar dibandingkan dengan indukan lele jantan.
b. Warna kulit dada agak terang
c. Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval ( bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak dibelakang anus.
d. Gerakannya agak lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung
e. Perutnya lebih gemuk dan lunak
f. Bila bagian perut di-striping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur)


Syarat induk lele yang baik
a. Kulitnya lebih kasar dibandingkan dengan indukan lele jantan
b. induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup didalam kolam
c.Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah
d. umur induk jantan diatas 7 bulan sedangkan induk betina berumur 1 tahun
e. frekuensi pemijahan bisa satu bulan sekali dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat apabila makanannya mengandung protein tinggi
f. ciri-ciri induk siap mijah adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara jantan dan betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam tersendiri untuk dipijahkan.


PERAWATAN INDUK LELE

a. selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan lele diberi makanan berkadar protein tinggi  seperti cincangan daging bekicot, belatung, rayap dan makanan buatan pelet, ikan indukan lele membutuhkan pelet dengan kadar protein yang relatif tinggi yaitu kurang lebih 60 %.
b.Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10 % dari berat total ikan.
Read more »

Teknis Pembenihan


Teknis Pembenihan

Teknis Pembenihan

teknis pembenihan dapat dibagi menjadi tiga sistem pembenihan, yaitu sistem massal, sistem pasangan, dan sistem suntik.

1. Sistem massal
Teknis pembenihan sistem massal dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini, induk jantan secara lelusa mencari pasangannya untuk diajak kimpoi dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifannya induk jantan mencari pasangan.

2. Sistem Pasangan
Teknis pembenihan sistem pasangan dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk.


3. Pembenihan sistem suntik ( Hyphofisasi )
Pembenihan sistem suntik dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat disebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele.
Read more »

Syarat Kolam Pemeliharaan Induk Lele


Syarat Kolam Pemeliharaan Induk Lele

Syarat Kolam Pemeliharaan Induk Lele

1. Tanah yang baik untuk pemeliharaan adalah jenis tanah liat / lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang da[at digunakan untuk budi daya lele dapat berupa sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolam kebun dan blumbang.


2. Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700m dpl.


3. Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.


4. Lokasi pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau deekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.


5. Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya ditempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
Read more »

Perbaikan kualitas benih

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS BENIH
Salah satu usaha yang mutlak dibutuhkan untuk mengembangkan budidaya ikan adalah penyediaan benih yang bermutu dalam jumlah yang memadai dan waktu yang tepat. Selama ini usaha ke arah tersebut telah dilakukan, namun belum berhasil dengan baik. Kekurangan persediaan benih yang bermutu dalam jumlah dan waktu yang tepat disebabkan oleh belum optimalnya penanganan induk dan larva yang dihasilkan

PERBAIKAN KANDUNGAN NUTRISI PAKAN IKAN

Perbaikan kualitas dan kuantitas telur melalui perbaikan kualitas pakan induk merupakan alternatif dalam upaya mengatasi masalaha tersebut. Kandungan nutrisi pakan ikan adalah salah satu faktor penentu dalam perkembangan oosit, terutama pada awal perkembangan telur

Informasi kebutuhan nutrisi untuk ikan budi daya tersedia umumnya hanya sebatas kebutuhan nutrien makro, seperti lemak dan protein, sedangkan informasi kebutuhan mikro nutrien, seperti vitamin dan mineral masih sangat terbatas.

Selain itu, penggunaan mikro nutrien ini dalam ransum pakan induk hanya mengacu kepada kebutuhan ransum secara umum untuk pertumbuhan. Dalam kondisi seperti ini, sulit mengembangkan teknologi produksi benih berkualitas secara massal.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa kualitas pakan termasuk nutrien mikro yang merupakan faktor penting yang berhubungan erat dengan kematangan gonad, jumlah telur yang diproduksi, dan kualitas telur dan larva. Kualitas telur merupakan refleksi keadaan kimia nutrisi kuning telur yang sangat dipengaruhi oleh kesehatan dan gizi pakan yang diterima oleh induk.

Beberapa nutrien mikro maupun asam-asam lemak esensial yang terkandung dalam ransum pakan ikan akan diakumulasikan dalam telur untuk digunakan sebagai energi maupun senyawa pembentuk jaringan tubuh selama proses perkembangan embrio (embriogenesis) maupun larva. Saat telur menetas sumber energi untuk perkembangan larva ikan sangat bergantung pada material bawaan telur yang telah disiapkan oleh induk dan fase ini merupakan fase yang paling kritis.

Material telur yang mengalami defisiensi gizi menimbulkan gangguan dalam perkembangan larva dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Keberadaan nutrien dalam telur ini merupakan akumulasi nutrien pada fase pematangan gonad.

Secara alamiah, proses vitelogenesis memerlukan interaksi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi vitelogenesis antara lain temperatur, naik turunnya permukaan air, curah hujan, debit air, feromon, dan pakan.

Pakan induk yang dapat mempengaruhi vitelogenesis adalah pakan yang berkualitas, yaitu pakan yang mengandung protein, lemak, vitamin E, vitamin C, dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan ikan sebagai bahan pembentuk vitelogenin. Faktor internal adalah ketersediaan hormon-hormon steroid, gonad terutama estradiot-17 dalam tingkat yang dapat merangsang vitelogenesis.

PENGARUH VITAMIN C PADA PAKAN

Dalam upaya untuk lebih meningkatkan kualitas telur dan larva ikan lele, perlu diadakan perbaikan pengelolaan reproduksi dengan cara mepercepat kematangan gonad melalui penggunaan hormon eksogen dan perbaikan nutrisi induk terutama kebutuhan akan vitamin C. Informasi kebutuhan vitamin C saat siklus reproduksi serta pengaruhnya pada perkembangan ovarium dan perkembangan larva ikan lele belum ada, padahal informasi ini sangat bermanfaat dalam penyusunan ransum yang tepat untuk induk ikan lele sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki penampilan reproduksi ikan tersebut.

Vitamin C merupakan salah satu nutrien mikro yang dibutuhkan oleh induk ikan dalam proses reproduksi. Hal ini didasarkan pada adanya fluktuasi kandungan vitamin c ovarium selama berlangsungnya siklus reproduksi pada bagian spesies ikan.

Kandungan vitamin C dalam ovarium akan meningkat pada awal perkembangannnya dan kemudian menurun pada fase akhir sebelum ovulasi. Ikan tidak mampu mensintesis vitamin C sehingga untuk mempertahankan metabolisme sel, vitamin C mutlak harus diperoleh dari luar tubuh karena tidak terdapat enzim L-gulonolakton oksidase yang dibutuhkan untuk biosintesis vitamin C.

Peran pakan dalam perkembangan gonad penting untuk fungsi endokrin yang normal. Tingkat pemeberian pakan tampak mempengaruhi sintesis maupun pelepasan hormon dari kelenjar-kelenjar endokrin. Kelambatan perkembangan gonad karena kekurangan pakan mungkin dapat menyebabkan kadar gonadotropin rendah yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipofisis, respons ovari yang kurang atau mungkin kegagalan ovari untuk menghasilkan jumlah estrogen yang cukup

PENGARUH KERJA HORMON

Seperti yang dijelaskan diatas, disamping ketersediaan materi baik kualitas maupun kuantitas untuk mendukung proses reproduksi, kerja hormon juga diperlukan untuk mempercapat dan meningkatkan proses sintesis vitelogenin dan penyerapannya oleh telur.

Estradisol-17 merupakan hormon perangsang biosintesis vitelogenin di hati. Disamping itu estradisol-17 didalam darah memberikan rangsangan baik terhadap hipofisis dan hipotalamus ikan. Rangsangan yang diberikan estradisol-17 kepada hipofisis ikan adalah rangsangan dalam proses pembentukan gonadotropin yang juga berperan dalam membantu proses penyerapan vitelogenin.

Vitelogenin yang disintesis dihati dengan bantuan hormon estradisol-17 disekresikan ke dalam aliran darah menuju gonad. Oleh karena adanya peranan estradisol-17 pada biosintesis vitelogenin. Penambahan estradisol-17 melalui implan pada induk ikan diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan estradisol-17 yang optimum untuk merangsang hati menyintesis dan menyekresi vitelogenin kedalam darah sehingga konsentrasi vitelogenin dalam darah akan meningkat dengan demikian, penyerapan vitelogenin oleh oosit akan berjalan lancar.

PENDEKATAN LINGKUNGAN, PAKAN, DAN HORMON

Dengan melakukan pendekatan-pendekatan diatas maka diharapkan telur yang dihasilkan akan mempunyai derajat pembuahan dan derajat tetas yang tinggi sehingga larva yang dihasilkan bekualitas baik dengan ketahanan hidup yang prima. Namun, usaha-usaha pendekatan tersebut sering dilakukan secara parsial dan tidak bersifat menyeluruh. Pendekatan yang baik adalah mengkombinasikan antara lingkungan, pakan dan hormon.

Faktor lingkungan sangat kompleks dan sukar ditiru sehingga kombinasi antara pakan dan hormonlah yang sangat dimungkinkan, tetapi dengan memperhatikan faktor lingkungan optimal yang mendukung proses reproduksi.

Dalam upaya meningkatkan kualitas telur yang pada ahirnya dapat meningkatkan kelangsungan hidup larva ikan, dilakukan dengan mengkombinasikan pendekatan nutrisi dan hormonal. Di samping itu, kebutuhan vitamin C induk ikan lele dumbo yang berkaitan dengan akumulasi material telur dalam rangka memperoleh benih dengan kualitas yang baik belum tersedia.
Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian untuk mengevaluasi pengaruh penambahan ascorbyl phosphate magnesium sebagai sumber vitamin C pada pakan dan hormon estradiol- 17 pada pematangan gonad, kualitas telur, dan ketahanan hidup larva ikan lele dumbo ( Clarias gariepinus ). dengan kombinasi tersebut diharapkan akan lebih memaksimalkan proses reproduksi sehingga diharapkan materi yang masuk dapat dengan optimal diserap telur dan pada ahirnya dapat meningkatkan kualitas telur dan larva.
Read more »

Teknik Pengomposan Kolam

PENGOMPOSAN KOLAM

Fungsi pengomposan kolam dilakukan agar kondisi air didalam kolam stabil untuk ditebar benih, pengomposan dilakukan sebelum kolam ditebar benih dan dilakukan 3-12 hari sebelum ditebar benih.
Air yang baru belum bisa ditebar benih dikarenakan sumber pakan, jumlah bakteri gram positif jumlah alga air, dan kandungan oksigen didalam air, masih belum stabil, maka air yang baru tesebut harus dilakukan pengomposan.


1. Cara pengomosan kolam dengan proses alami
1.isi air kolam 20-30 cm
2.berikan pupuk kandang yang telah dimasukan kedalam karung kemudian gantungkan diatas kolam (posisi karung terendam ½ diatas permukaan air)
3.berikan urea dan garam ikan.
4.Biarkan selama 1 minggu hingga plankton dalam air tumbuh dan berkembang biak
5.Kemudian tambahkan air hingga mencapai ukuran 60-70 cm
6.Biarkan air kolam selama 4-6 hari
7.Bila air sudah berwarna hijau tua dan air tidak berbau, berati kolam sudah siap digunakan

2. Cara pengomosan kolam dengan proses kimiawi
1.Isi air kolam 20-30 cm
2. Berikan antibiotik ikan ke dalam kolam sampai 2-3 hari
2.Berikan pupuk organoik cair atau produk-produk probiotik lain yang banyak dipasaran, 
5.tunggu hingga 3-5 hari
6.Isi volume air hingga 60-70 cm
7.biarkan air kolam selama 2-3 hari
8.Bila air sudah berwarna hijau tua dan air tidak berbau, berarti kolam sudah siap digunakan

3. Cara pengomposan kolam dengan proses silang kolam
1.Isi air kolam 20-30 cm
2.Berikan ½ air yang telah dikompos atau dalam pengertian pindahkan air kolam yang telah dikomposkan sebelumnya dan campurkan ½ dari volume air kedalam kolam air yang belum dilakukan pengomposan
3.Berikan antibiotik selama 2-3 hari
4.Berikan probiotik kedalam kolam
4.Biarkan air selama 3-5 hari
5.Bila air sudah berwarna hijau cerah dan air tidak berbau, berarti kolam sudah siap digunakan.

PENEBARAN BIBIT
1. masukan sedikit air kolam pada tempat bibit sebelum ditebarkan kedalam kolam
2. biarkan beberapa saat selama 10-15 menit
3. masukan tempat bibit djerigen kedalam kolam, dan biarkan bibit tersebut keluar dengan sendirinya


PEMBERIAN PAKAN


1. Jadwal Pemberian Pakan
Pemberian pakan diberikan 3 x dalam 1 hari

1.Pagi hari yaitu pada pukul 05:00-09:00
2.Sore hari pada pukul 03:00-06:00
3.Malam hari pada pukul 09:00-12:0


. Campuran dalam pakan

1.Pemberian pakan harus selalu dicampur dengan konsentrat
2.Pemberian pakan harus selalu dicampur dengan probiotk


Keterangan :
1.Tambahkan air kedalam campuran pakan kemudian aduk hingga rata, dan diamkan selama sekitar 15-20 menit agar pakan menjadi lunak (untuk ukuran sangkal 15-20 cm sudah tidak diberikan air)
2.Berikan konsentrat dan prebiotik 1 tutup botol dicampurkan kedalam pakan aduk hingga rata




2. Teknik Pemberian Pakan

Teknik pemberian pakan dilakukan agar pertumbuhan ikan lebih cepat, fungsi teknik pemberian pakan ini dilakukan agar fungsi anaerobik ikan dapat bertambah sehingga ikan dilatih bergerak dan berebut pakan didalam air 
Gambar 1.1 Pemberian pakan ke arah kanan
Gambar 1.2 Pemberian pakan ke arah kiri


tebar pakan dengan cara ini dilakukan dalam setiap pemberian pakan, prosesnya dilakukan 3 x melempar pakan ke kanan, biarkan selama 15 detik, kemudian lemparkan pakan kearah kiri biarkan selama 15 detik dan lanjutkan proses tersebut hingga pakan habis.




PENGONTROLAN KOLAM

1. Cek Rutin

1.Sifon agar kotoran yang menumpuk didasar kolam terbuang dilakukan pada setiap pagi hari dengan    membuka dop saluran pembuangan dilakukan selama 15-20 detik kemudian dop ditutup kembali
2.Lihat dan perhatikan kondisi ikan dengan cara apakah ikan tersebut naik ke permukaan dan mengambang ke atas permukaan air dan ikan itu statis dalam pergerakan (posisi kepala diatas permukaan air)
Langkah penanggulangan :
1. Buang volume air ½ atau ¼ dari volume air, kemudian isi air kembali sesuai dengan volume air sebelumnya
2. Laporkan terhadap pengelola
3. Cek didasar kolam selama 1 minggu semenjak tebar benih dan 3 hari setelah dilakukan sortir, bila menemukan ikan mati didasar kolam, buang ikan tersebut, dan apabila menemukan jumlah ikan yang mati dalam jumlah banyak didasar kolam segera laporkan kepada pengelola.

4. Cek Permukaan kolam apabila menemukan ikan yang mati, segera angkat dan buang 

2. Cek Terjadwal

1.Cek PH air dengan PH tester 
2.Cek kadar amoniak air dengan Amoniak tester
3.Cek suhu air dengan temperatur


SORTIR 

Sortir dilakukan agar perbedaan ukuran disamakan, sehingga proses kanibalisasi tidak terlalu besar dan agar ikan tidak terjadi persaingan dalam perebutan makanan sehingga terhindar dari pertumbuhan ikan yang tidak sempurna
Waktu sortir dilakukan setiap 2 minggu sekali atau bila perbedaan ukuran ikan terlihat secara signigfikan.

Proses Sortir

1.Siapkan bak sortir dengan 3 ukuran
2.Siapkan 2 – 3 kolam Kosong yang telah terisi air
3.Kosongkan atau kurangi air kolam yang akan dilakukan sortir
4.Serok ikan dan masukan kedalam bak sortir
5.biarkan ikan yang ukuran kecil terjatuh kembali kedalam kolam dan ikan yang besar tetap berada di bak sortir kemudian pindahkan ke kolam yang baru
6.lakukan seterusnya hingga ikan besar habis berada dikolam yang lama


agan bisa menggunkan padat tebar 100ekor/m2 jadi 2 x 2 = 4 m2
4m2 x 100 ekor = 400 ekor
Read more »

Kesadahan air


Kesadahan air 

Kesadahan (Hardness)
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Kesadahan sangat penting artinya bagi para akuaris karena kesadahan merupakan salah satu petunjuk kualitas air yang diperlukan bagi ikan. Tidak semua ikan dapat hidup pada nilai kesadahan yang sama. Dengan kata lain, setiap jenis ikan memerlukan prasarat nilai kesadahan pada selang tertentu untuk hidupnya. Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH.

Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: (1) kesadahan umum ("general hardness" atau GH) dan (2) kesadahan karbonat ("carbonate hardness" atau KH). Disamping dua tipe kesadahan tersebut, dikenal pula tipe kesadahan yang lain yaitu yang disebut sebagai kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total merupakan penjumlahan dari GH dan KH. 

Penggunaan paramater kesadahan total sering sekali membingungkan, oleh karena itu, sebaiknya penggunaan parameter ini dihindarkan. 

GH
Kesadahan umum atau "General Hardness" merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca++) dan ion magnesium (Mg++) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga diabaikan.

GH pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/ satu persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH), atau dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan kesadahan Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter air. Di Amerika, kesadahan pada umumnya menggunakan satuan ppm CaCO3, dengan demikian satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17.8 ppm CacO3. Sedangkan satuan konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen = 2.8 dH = 50 ppm. Perlu diperhatikan bahwa kebanyakan teskit pengukur kesadahan menggunakan satuan CaCO3. Untuk lebih jelasnya bacalah petunjuk pembacaan pada teskit yang anda miliki untuk mengetahui dengan pasti satuan pengukuran yang digunakan, untuk menghindari terjadinya kesalahan pembacaan.

Berikut adalah kriteria selang kesadahan yang biasa dipakai:

0 - 4 dH, 0 - 70 ppm : sangat rendah (sangat lunak)
4 - 8 dH, 70 - 140 ppm : rendah (lunak)
8 - 12 dH, 140 - 210 ppm : sedang 
12 - 18 dH, 210 - 320 ppm : agak tinggi (agak keras)
18 - 30 dH, 320 - 530 ppm : tinggi (keras)
Dalam kaitannya dengan proses biologi, GH lebih penting peranananya dibandingkan dengan KH ataupun kesadahan total Apabila ikan atau tanaman dikatakan memerlukan air dengan kesadahan tinggi (keras) atau rendah (lunak), hal ini pada dasarnya mengacu kepada GH. Ketidaksesuaian GH akan mempengaruhi transfer hara/gizi dan hasil sekresi melalui membran dan dapat mempengaruhi kesuburan, fungsi organ dalam (seperti ginjal), dan pertumbuhan. Setiap jenis ikan memerlukan kisaran kesadahan (GH) tertentu untuk hidupnya. Pada umumnya, hampir semua jenis ikan dan tanaman dapat beradaptasi dengan kondisi GH lokal, meskipun demikian, tidak demikian halnya dengan proses pemijahan. Pemijahan bisa gagal apabila dilakukan pada nilai GH yang tidak tepat. 

Apabila nilai GH terlalu rendah bagi suatu jenis ikan, ia dapat dinaikan dengan menambahkan kalsium sulfat, magnesium sulfat, atau kalsium karbonat. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa penambahan garam-garam tersebut membawa dampak lain yang perlu medapat perhatian. Pemberaian garam sulfat akan memberikan tambahan sulfat kedalam air, sehingga perlu dilakukan dengan hati-hati. Sedangkan penambahan garam karbonat akan menyumbangkan ion karbonat kedalam air sehingga akan menaikkan KH. Untuk mendapat kondisi yang diinginkan perlu dilakukan manipulasi dengan kombinasi pemberian yang sesuai.

Penurunan nilai GH dapat dilakukan dengan perlakuan-perlakuan yang mampu menghilangkan kadar kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dari dalam air.

KH
Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang menunjukkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO3--) di dalam air. Dalam akuarium air tawar, pada kisaran pH netral, ion bikarbonat lebih dominan, sedangkan pada akuarium laut, ion karbonat lebih berperan.

KH sering disebut sebagai alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari kemampuan air untuk mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat H+). Oleh karena itu, dalam sistem air tawar, istilah kesadahan karbonat, pengikat kemasaman, kapasitas pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering digunakan untuk menunjukkan hal yang sama. Dalam hubungannya dengan kemampuan air mengikat kemasaman, KH berperan sebagai agen pem-buffer-an yang berfungsi untuk menjaga kestabilan pH. 

KH pada umumnya sering dinyatakan sebagai derajat kekerasan dan diekspresikan dalam CaCO3 seperti halnya GH. 

Kesadahan karbonat dapat diturunkan dengan merebus air yang bersangkutan, atau dengan melalukan air melewati gambut. Perlakuan perebusan air tentu saja tidak praktis, kecuali untuk akuarium ukuran kecil.

Untuk menaikkan kesadahan karbonat dapat dilakukan dengan menambahkan natrium bikarbonat (soda kue), atau kalsium karbonat. Penambahan kalsium karbonat akan menaikan sekaligus baik KH maupun GH dengan proporsi yang sama.

Pemberian soda kue (NaHCO3) sebanyak satu sendok teh (sekitar 6 gram) pada air sebanyak 50 liter akan meningkatkan KH sebanyak 4 satuan tanpa disertai dengan kenaikan nilai GH. Sedangkan pemberian satu sendok teh kalsium karbonat (CaCO3) (sekitar 4 gram) pada air sebanyak 50 liter akan menyebabkan kenaikan KH dan GH secara bersama-sama, masing-masing sebanyak 4 satuan. Berpatokan pada hal ini, maka pemberian secara kombinasi antara soda kue dan kalsium karbonat akan dapat menghasilkan nilai KH dan GH yang diinginkan. 

Mengingat pengukuran bahan kimia dalam jumlah sedikit relatif sulit dilakukan, khususnya di rumah, maka sebaiknya gunakanlah test kit untuk memastikan nilai KH dan GH yang telah dicapai. 

Pembuferan karbonat diketahui efektif pada rasio 1:100 sampai 100:1. Hal ini akan memberikan pH efektif pada selang 4.37 sampai dengan 8.37. Selang angka ini secara kebetulan merupakan selang pH bagi hampir semua mahluk hidup akuatik. Apabila ion bikarbonat ditambahkan, rasio basa terhadap asam akan meningkat, akibatnya pH pun meningkat. Laju peningkatan pH ini akan ditentukan oleh nilai pH awal. Sebagai contoh, kebutuhan jumlah ion karbonat yang perlu ditambahkan untuk meningkatkan satu satuan pH akan jauh lebih banyak apabila pH awalnya adalah 6.3, dibandingkan apabila hal yang sama dilakukan pada pH 7.5.

Kanaikan pH yang terjadi pada saat KH ditambahkan akan diimbangi oleh kadar CO2 terlarut dalam air. CO2 di dalam air akan membentuk sejumlah kecil asam karbonat dan bikarbonat yang selanjutkan akan cenderung menurunkan pH. Mekanisme ini setidaknya dapat memberikan gambaran cara mengatur dan menyiasati pH dalam akuarium agar dapat memenuhi kriteria yang diinginkan. 

Penanganan Kesadahan
Apabila air anda terlalu keras untuk ikan atau tanaman, air tersebut dapat dilunakan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan kesadahan. Yang paling baik adalah dengan menggunakan reverse osmosis (RO) atau deioniser (DI). Celakanya metode ini termasuk dalam metode yang mahal. Hasil reverse osmosis akan memiliki kesadahan = 0, oleh karena itu air ini perlu dicampur dengan air keran sedemikian rupa sehingga mencapai nilai kesadahan yang diperlukan. 

Resin pelunak air komersial dapat digunakan dalam skala kecil, meskipun demikian tidak efektif digunakan untuk sekala besar. Produk-produk komersial pengolah air untuk keperluan rumah tangga pada umumnya tidak cocok digunakan, karena mereka sering menggunakan prinsip pertukaran kation dalam prosesnya. Dalam prosoes ini natrium (Na) pada umumnya digunakan sebagai ion penukar, sehingga pada akhirnya natrium akan berakumulasi pada hasil air hasil olahan. Kelebihan natrium (Na) dalam air akuarium merupakan hal yang tidak dikehendaki.

Pengenceran dengan menggunakan air destilasi (air suling/aquadest) dapat pula dilakukan untuk menurunkan kesadahan.
Penurunan secara alamiah dapat pula dilakukan dengan menggunakan jasa asam-asam organik (humik/fulvik) , asam ini berfungsi persis seperti halnya yang terjadi pada proses deionisasi yaitu dengan menangkap ion-ion dari air pada gugus-gusus karbonil yang terdapat pada asam organik (tanian). Beberapa media yang banyak mengandung asam-asam organik ini diantaranya adalah gambut yang berasal dari Spagnum (peat moss), daun ketapang, kulit pohon Oak, dll.

Proses dengan gambut dan bahan organik lain biasanya akan menghasilkan warna air kecoklatan seperti air teh. Sebelum gambut digunakan dianjurkan untuk direbus terlebih dahulu, agar organisme-organisme yang tidak dikehendaki hilang.

Menurunkan kesadahan dapat pula dilakukan dengan menanam tanaman "duck weed" atau Egeria densa.

Untuk meningkatkan kesadahan bisa dilakukan dengan memberikan dekorasi berbahan dasar kapur, seperti tufa atau pasir koral. Atau dengan melalukan air melewati pecahan marble (batu marmer) atau bahan berkapur lainnya.

Alkalinitas
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang.

Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm.

Kapasitas pem-buffer-an 
Alam diberkahi dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga dapat bertahan terhadap berbagai perubahan, begitu juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan dikenal dengan istilah Kapasitas pem-buffer-an pH. 

Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan melalui alkalinitas dengan proses sbb:

CO2 + H2O <==> H2CO3 <==> H+ + HCO3- <==> CO3-- + 2H+

CO3 (karbonat) dalam mekanisme diatas melambangkan alkalinitas air. Sedangkan H(+) merupakan sumber kemasaman. 

Mekanisme diatas merupakan reaksi bolak-balik, artinya reaksi bisa berjalan ke arah kanan (menghasilkan H+) atau ke arah kiri (menghasilkan CO2). Oleh karena itu, apabila seseorang mencoba menurunkan pH dengan memberikan "asam-asaman" artinya menambahkan H+ saja maka (seperti ditunjukan mekanisme diatas). H+ tersebut akan segera diikat oleh CO3 dan reaksi bergerak kekiri menghasilkan CO2, (CO2 ini akhirnya bisa lolos ke udara). Pada saat asam baru ditambahkan, pH akan terukur rendah, tapi setelah beberapa waktu kemudian, ketika reaksi mulai bergerak ke kiri,pH akan kembali bergerak ke angka semula. Itulah hukum alam, dan karena itu pulalah kita masih bisa menemukan ikan di alam sampai saat sekarang. Dengan demikian penurunan pH tidak akan efektif kalau hanya dilakukan dengan penambahan asam saja. Untuk itu, cobalah pula usahakan untuk menurunkan alkalinitasnya. Kalaupun dipaksakan hanya dengan penambahan asam maka jumlahnya harus diberikan dalam jumlah lebih banyak yaitu untuk mengatasi alkalinitasnya terlebih dahulu, seperti ditunjukkan pada reaksi diatas.

pH
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air tersebut adalah 0.000001 bagian dari total larutan. Karena untuk menuliskan 0.000001 (bayangkan kalau pH 14) terlalu panjang maka orang melogaritmakan angka tersebut
sehingga manjadi -6. Tetapi karena ada tanda - (negatif) dibelakang angka tersebut, yang dinilai kurang praktis, maka orang mengalikannya lagi dengan tanda - (minus) sehingga diperoleh angka positif 6. Oleh karena itu, pH diartikan
sebagai "-(minus) logaritma dari konsenstrasi ion H". 

pH = - log (H+)

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa selisih satu satuan angka pH itu artinya perbedaan kosentrasinya adalah 10 kali lipat. Dengan demikian, apabila selisih angkanya adalah 2 maka perbedaan konsentrasinya adalah 10x10 = 100 kali lipat. Sebagai contoh pH 5 menunjukkan konsentrasi H sebanyak 0.00001 atau 1/100000 (seperseratus ribu) sedangkan pH 6 = 0.000001 atau 1/1000000 (sepersejuta).
Dengan demikian kalau kita menurunkan pH dari 6 ke 5 artinya kita meningkatkan kepekatan iob H+ sebanyak 10 kali lipat. Kalau kita misalkan pH itu gula, maka dengan menurunkan pH dari 6 ke 5, sama artinya bahwa larutan tersebut sekarang 10 kali lebih manis dari pada sebelumnya. 


Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisma yang unik agar perubahan tidak tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an.

Ph sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka.

Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral.

Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap "gangguan" terhadap pengubahan pH. 
Dengan demikian kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat kesadahan air. Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah dilakukan.

Penanganan pH
Seperti disebutkan sebelumnya, pengananan atau pengubahan nilai pH akan lebih efektif apabila alkalinitas ditanganai terlebih dahulu. Berikut adalah beberapa cara pangananan pH, yang kalau diperhatikan lebih jauh, cenderung mengarah pada penanganan kesadahan atau alkalinitas. 

Penurunan pH 
Untuk menurunkan pH, pertama kali harus dilakukan pengukuran KH. Apabila nilai KH terlalu tinggi (12 atau lebih) maka KH tersebut perlu diturunkan terleibh dahulu, yang biasanya secara otomatis akan diikuti oleh menurunnya nilai pH. Apabila nilia pH terlalu tinggi (lebih dari 8) sedangkan KH tergolong bagus ( antara 6 -12)maka hal ini merupakan petunjuk terjadinya proses keseimbangan yang buruk.

Penurunan pH dapat dilakukan dengan melalukan air melewati gambut (peat), biasanya yang digunakan adalah peat moss (gambut yang berasal dari moss). bisa juga dilakukan dengan mengganti sebagaian air dengan air yang berkesadahan rendah, air hujan atau air yang direbus, air bebas ion, atau air suling (air destilata).
Selain itu bisa juga dapat dilakukan dengan menambahkan bogwood kedalam akuairum. Bogwood adalah semacam kayu yang dapat memliki kemampuan menjerap kesadahan. Sama fungsinya seperti daun ketapang, kayu pohon asam dan sejenisnya.
Peningkatan pH 
Menaikkan pH dapat dilakukan dengan memberikan aerasi yang intensif, melewatkan air melewati pecahan koral, pecahan kulit kerang atau potongan batu kapur. Atau dengan menambahkan dekorasi berbahan dasar kapur seperti tufa, atau pasir koral. Atau dengan melakukan penggantian air.

Karbon Dioksida (CO2)
Karbon dioksida dalam air pada umumnya merupakan hasil respirasi dari ikan dan phytoplankton. Kadar CO2 lebih tinggi dari 10 ppm diketahui menunjukkan bersifat racun bagi ikan, beberapa bukti menunjukkan bahwa karbon dioksida berfungsi sebagai anestesi bagi ikan. Kadar karbon dioksida tinggi juga menunjukkan lingkungan air yang asam meskipun demikian karbon dioksida diperlukan dalam proses pem-buffer-an . 

Apabila pH dalam suatu akuarium dikendalikan, terutama, oleh sistem pem-buffer-an karbonat, maka hubungan pH, KH dan CO2 terlaut akan merupakan hubungan yang tetap. Dengan demikian, salah satu dari parameter tersebut dapat diatur dengan mengatur parameter yang lain. Sebagai contoh nilai pH dapat diatur dengan mangatur KH atau kadar CO2. Suatu sistem CO2 injektor, misalnya, dapat digunakan untuk mengatur pH dengan cara mengatur injeksi CO2 sedemikian rupa apabila nilai pH nya mencapai nilai tertentu. Dalam hal ini KH dibuat tetap. CO2 digunakan oleh tanaman atau terdifusi ke atmosfer, akibatnya pH naik. Dengan sistem otomatis seperti disebutkan sebelumnya maka sistem injeksi CO2 akan berjalan sedemikian rupa disekitar nilai pH tertentu, untuk menjaga kadar CO2 yang memadai. 

Tabel berikut menunjukkan hubungan antara kadar CO2 terlarut dalam air (ppm) dengan nilai KH dan pH. Secara umum dapat dikatakan bahwa CO2 terlarut dalam akuarium dengan kepadatan sedang akan berada pada selang 1-3 ppm. Untuk akuarium tanaman ph=6.9, KH=4 dan CO2 =15 ppm merupakan nilai yang ideal.


Salinitas
Salinitas merupakan parameter penunjuk jumlah bahan terlarut dalam air. Dalam pengukuran salinitas turut pula diperhitungkan komponen GH dan KH disamping bahan-bahan terlarut lainnya seperti natrium. Informasi kadar salintas sangat penting artinya dalam akuairum laut. Sedangkan dalam akuarium air tawar mengetahui pH,KH dan GH sudah memadai.

Salinitas pada umumnya dinyatakan sebagai berat jenis (specific gravity), yaitu rasio antara berat larutan terhadap berat air murni dalam volume yang sama. Rasio ini dihitung berdasarkan konidisi suhu 15°C. Pengukuran salinitas dalam kehidupan sehari-hari biasanya menggunakan hydrometer, yang telah dikalibrasikan untuk digunakan pada suhu kamar.

Salah satu komponen salinitas yang tidak tercakup baik oleh KH dan GH adalah kadar natrium. Beberapa ikan air tawar dapat menerima (toleran) kehadiran sejumlah kecil natrium dalam bentuk garam. Bahkan sampai tahap tertentu digunakan sebagak terapi pengobatan akibat parasit seperti ich. Sedangkan beberapa spesies yang lain sama sekali tidak toleran terhadap garam. Jenis-jenis ikan tidak bersisik dan corydoras diketahui sangat sensitif terhadap garam dibandingkan dengan kebanyakan ikan air tawar lainnya.

Sumber O-FISH
Read more »